Navbar3

Search This Blog

1 Perhatian ... !

Terimakasih telah Berkunjung ke blog saya Dan, MemFollow Blog Saya Disini.
Showing posts with label Cerita Rakyat. Show all posts
Showing posts with label Cerita Rakyat. Show all posts

Wednesday 27 February 2013

Prabu Panggung Keraton


Legenda Dari Jawa Barat.
Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan adalah sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh raja bernama Prabu Panggung Kraton. Meski kecil namun kerajaan ini sangat makmur dan rakyatnya terjamin kesejahteraannya. Sang prabu memiliki seorang adik perempuan yang sangat cantik bernama Putri Rarang Purbaratna. Masyarakat Dayeuh Manggung meyakini bahwa Putri mereka adalah titisan bidadari

karena Putri Rarang Purbaratna memiliki paras yang sangat jelita. Kecantikannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rambutnya sehitam malam dan panjang bak mayang terurai. Tubuhnya tinggi semampai dan dipercantik dengan kulit yang seperti mutiara. Matanya bening dan selalu berbinar seperti bintang. Alisnya hitam melengkung seperti busur. Hidungnya mancung dan bibirnya semerah delima. Kecantikannya semakin sempurna dengan sikap sang putri yang baik hati dan selalu menebar senyumnya yang menawan.
Namun Prabu Panggung Keraton sangat khawatir karena hingga usianya yang sudah menginjak remaja, putri Rarang Purbaratna belum juga mendapatkan jodoh. Maka suatu hari prabu Panggung Keraton memanggil adik kesayangannya.
"Rayi putri, ada yang ingin kakang tanyakan kepada Rayi. Hal ini menyangkut masa depan Rayi. Dan kakang harap rayi mau berterus terang pada kakang," kata sang prabu.
"Mengenai apa kakang? " tanya putri.
"Rayi...Rayi sekarang sudah remaja. Dsn kakang merasa sudah saatnya rayi mendapatkan jodoh. Kalau kakang boleh tahu, sudahkah ada pemuda pilihan hatimu?" tanya prabu.
"Ampun kakang. Rayi memang sudah lama memikirkan hal ini, namun memang rayi belum tahu siapa yang akan menjadi jodoh rayi. Bagi rayi tidak soal siapa yang akan menjadi pendamping rayi. Asalkan dia bisa memenuhi persyaratan rayi, maka rayi akan menerimanya apa adanya." tutur putri.
"Hmmm...persyaratan apa rayi?" tanya prabu.
"Syaratnya hanyalah menjelaskan teka-teki dari rayi!" kata putri.
"Apa bunyi teka-tekinya?" tanya prabu.
"Begini:
Teras kangkung hati bitung
Bekas itik dalam lubuk
Bekas angsa pada bantar
Bekas semut di atas batu
Daun padi kering menjarum
Sisir kecil tanduk kucing
Siisr besar tanduk kuda
Kemben layung kasunten
Berhiaskan bianglala
Tulis langit gurat mega
Panjangnya seputar jagat
Intan sebesar buah labu...

Begitulah bunyinya" kata putri.
Keesokan harinya prabu Panggung Keraton mengirim ratusan utusan yang disebar ke seluruh negeri, bahkan juga ke negeri-negeri yang jauh.
Maka tidak berapa lama halaman istana sudah dipenuhi ribuan pemuda dan bahkan pria-pria tua yang ingin mengikuti sayembara. Sayang tidak satupun dari mereka yang bisa memecahkan teka-teki tersebut.
Beberapa hari kemudian banyak raja-raja dari negeri tetangga yang sudah mendengar mengenai kabar kecantikan putri Rarang Purbaratna mulai berdatangan. Namun mereka juga gagal. Salah seorang raja yang juga gagal bernama prabu Gajah Menggala dari kerajaan Kuta Genggelang. Prabu Gajah Manggala sangat kecewa dengan kegagalannya. Dia bersumpah akan menyerang kerajaan Dayeuh Manggung jika suatu hari nanti putri Rarang Purbaratna menemukan jodohnya.
Sementara itu Pangeran Munding Larik dari kerajaan Pakuan Pajajaran yang sudah berhari-hari mengembara di lautan, tanpa sengaja terdampar di kerajaan Dayeuh Manggung. Pangeran Munding Larik adalah seorang pemuda yang sangat tampan dan gagah. Dia melakukan pengembaraan dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman sebelum dia naik tahta menggantikan ayahandanya yang sudah sepuh. Selain itu ibundanya juga berharap pangeran Munding Larik akan menemukan jodoh di perjalanannya itu. Ayahandanya membekali pangeran Munding Larik dengan sebuah gambar bernama Nusa Tiga Puluh Tiga - Bengawan Sewidak Lima, menurutnya di sanalah nanti pangeran Munding Larik akan bertemu jodoh. Pangeran juga dibekali dengan sebuah senjata bernama Senjata Sejuta Malang dan sebilah keris bernama Keris Gagak Karancang.
Pangeran dengan ditemani patihnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan lewat daratan. Setelah berjalan jauh akhirnya mereka sampai di sebuah dataran tinggi. Iseng-iseng pangeran membuka gambar yang diberikan ayahnya. Alangkah terkejutnya karena ternyata daerah tersebut sama persis dengan gambar yang dipegangnya. Maka pangeran dan para pengikutnya memutuskan untuk menemui raja negeri tersebut.
Prabu Panggung Keraton dengan senang hati menerima kedatangan Pangeran Munding Larik. Dijelaskannya bahwa negeri tersebut sedang mengadakan sayembara untuk mendapatkan adik semata wayangnya. Pangeran Munding Larik memutuskan untuk ikut sayembara tersebut dan ternyata bisa memecahkan teka-teki sang putri dengan mudah.
"Artinya bahwa setiap ilmu kesejahteraan adalah jalan menuju keselamatan. Itulah yang dinamakan kehampaan sejati. Yang berarti asal yang sejati dan kehidupan yang sejati. Siapa pun yang sudah memahami hal tersebut, maka tentunya akan bertemu dengan kesejahteraan dan keselamatan. Dan itulah yang disebut dengan kesempurnaan sejati," tutur pangeran Munding Larik.
Karena pangeran berhasil menebak arti teka-teki tersebut, maka pangeran Munding Lariklah yang memenangkan sayembara tersebut dan berhak mempersunting putri Rarang Purbaratna. Maka segeralah digelar pesta pernikahan besar-besaran. Seluruh rakyat negeri Dayeuh Mangung menyambut gembira dan ikut berpesta di istana.
Tidak demikian halnya dengan para raja yang gagal mempersunting putri Rarang Purbaratna. Salah satunya prabu Gajah Menggala. Dia berniat melaksanakan sumpahnya untuk mengganggu ketentraman negri Dayeuh Manggung. Dia lalu pergi ke Goa Jotang untuk menemui siluman Jonggrang Kalapitung yang terkenal sakti dan memintanya untuk menculik putri Purbaratna.
Tentu saja itu adalah hal mudah bagi siluman tersebut. Dengan mudah dia menemukan kamar putri Rarang Purbaratna yang saat itu sedang tertidur pulas. Namun begitu melihat kecantikan sang putri, Jonggrang Kalapitung jatuh hati. Alih-alih menculik sang putri untuk dibawa ke tempat prabu Gajah Menggala, Jonggrang Kalapitung malah menyembunyikannya.
Prabu Panggung Keraton sangat marah mengetahui adiknya diculik. Dia mengutus patihnya untuk menemui prabu Gajah Menggala yang diyakini sebagai dalang penculikan adiknya. Namun patihnya malah menemui ajal di tangan prabu Gajah Menggala. Maka prabu Panggung Keraton memutuskan untuk menghadapinya sendiri. Maka berangkatlah ia ke negeri Kuta Genggaleng.
Saat bertemu mereka pun bertarung. Keduanya sama-sama sakti. Berbagai jurus dan ilmu mereka keluarkan. Akhirnya menjelang sore, prabu Gajah menggala yang sudah kelelahan dapat dikalahkan oleh Prabu Panggung Keraton. Dengan ketakutan Prabu Gajah Menggala memohon ampun dan berjanji akan mengembalikan putri Rarang Purbaratna. Maka dia pun segera menemui Jonggrang Kalapitung dan membawa kembali putri Rarang Purbaratna ke negerinya.
Namun rupanya Jonggrang Kalapitung yang sudah jatuh hati masih menyimpan rasa sukanya kepada putri Rarang Purbaratna. Maka beberapa bulan kemudian saat sang putri sedang hamil tua, Jonggrang Kalapitung kembali menculiknya. Namun di perjalanan putri Rarang Purbaratna melahirkan bayi kembar, sehingga Jonggrang Kalapitung memutuskan untuk merubah dirinya menjadi ular besar lalu menelan sang putri dan meninggalkan bayi kembarnya di tengah hutan.
Prabu Panggung Keraton yang menyusul menemukan kedua bayi kembar tersebut. Ajaib sekali, meski masih bayi mereka sudah bisa berlari-lari sehingga sang prabu pun maklum bahwa mereka bukan bayi sembarangan. Maka mereka bertiga pun segera mengejar ular besar yang menelan putri Rarang Purbaratna. Setelah melalui perkelahian yang sangat seru, Jonggrang Kalapitung pun tewas tertebas keris pusaka prabu Panggung Keraton.
Akhirnya mereka berhasil mengeluarkan putri Rarang Purbaratna yang ternyata masih hidup dan kembali ke negeri Dayeuh Manggung. Dan mereka pun hidup berbahagia.
readmore...

Malin Kundang

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Legenda Dari Sumatera

Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
readmore...